Jumat, 11 April 2014

Cerpen Sedih Terbaru

Cerpen Sedih - Say Love


Say Love, By Prwesthi

Takdir, aku percaya itu sepenuhnya.Pertemuan dan perpisahan, adalah bagian dari takdir. Tak ubahnya kebahagiaan yang menghampirimu saat kau bersama orang yang kau sayangi. Tapi saat takdir itu membuatku menangis, jatuh, terpuruk, aku tak ingin mempercayainya, aku ingin percaya bahwa itu hanyalah suatu kebetulan. Tapi nyatanya, di dunia ini tidak ada kebetulan, hanya ada takdir...

Sore ini, kuintip jendela kelasku, kulihat semburat warna langit yang cerah berwarna orange. Indah, tapi tak begitu kusuka, menurutku warnanya membuat hatiku sendu, sedih. Ku berjalan dari ruang kelasku, melewati koridor menuju halaman depan.
Tak terlalu kuperhatikan jalan maupun orang-orang di sekitarku yang berhamburan ingin segera pulang ke rumah masing-masing, setelah kegiatan ekstrakurikuler yang melelahkan, maupun karena jam tambahan.
Tiba-tiba, aku merasakan diriku menabrak sesuatu, bukan tembok, karena kurasakan ada sebuah tangan yang menahan pinggangku hingga aku tak melesat ke tanah. Lalu tangan itu membantuku membenarkan posisiku hingga aku berdiri dengan normal lagi.
“Rose?” sosok familiar di depanku memberiku ekspresi penuh tanya, suaranya begitu lembut dan perhatian
“Ah, Sam...” nadaku lemah, mungkin ekspresiku sangat buruk sekarang
“Kamu mau pulang?” seakan membaca pikiranku, ia tau bahwa aku tak ingin membicarakan tentang hal yang akhir-akhir ini ditanyakan orang padaku, tentang Nara.
“Iya, mungkin jalan kaki. Aku ngga bawa mobil hari ini.”
“Mau aku anter?”
“Tapi, aku lagi pengen jalan kaki.”
“Aku temani?”
“Mobilmu?”
“Aku telfon orang buat ngambil” ia menatapku lekat-lekat “ya?”
“Oke”

Lalu kami berjalan, diam, namun sama sekali bukan diam yang kikuk. Namun diam yang seakan-akan memanggil kembali memori di masa kecil kami, saat kami selalu pulang sekolah bersama, terkadang kami main hingga petang, lalu ia dimarahi ibuku , tapi herannya ia selalu tertawa setelah dimarahi, seakan tidak menyesal telah mengajakku bermain hingga petang. Dan lebih herannya lagi, ibuku pun selalu mengijinkanku bermain bersamanya.
Dulu kami selalu bersama, bermain, sekolah, belajar di rumah, hampir setiap waktu kami selalu bersama.
Masih tersimpan jelas di memoriku saat-saat ia selalu menjagaku, ia melindungiku dari sekelompok anak nakal yang ingin merebut es krim-ku. Dengan berani, ia menyuruh mereka untuk berhenti menggangguku, ia sangat berani, walaupun tau ia kalah jumlah. Sebaliknya, aku sangat pengecut, hanya bisa menangis dan mengintip dari balik bahunya. Mereka memang tidak jadi merebut es krim-ku, namun sebagai gantinya mereka mengajak Sam berkelahi, keroyokkan. Mereka mendorong Sam hingga menabrakku dan menjatuhkan es krim-ku, lalu aku menangis keras, hingga merebut perhatian orang-orang, dan anak-anak itu pun kabur. Lalu Sam menghampiriku dan berkata ‘Rose, maaf, es krim-mu jatuh. Aku beliin lagi ya? Jangan nangis...’

Aku menghentikan langkahku saat kami tiba di sebuah taman yang dipenuhi bunga matahari. Tempat ini belum berubah, tempat dimana dulu kami sering bermain kemari saat masih duduk di bangku SD. Kupandangi hamparan bunga matahari yang terlihat lebih indah saat terkena cahaya matahari yang hampir terbenam.
“Rose?” Sam menghentikan langkahnya, lalu berjalan menghampiriku dan berhenti tepat di hadapanku.
“Kamu inget ngga, dulu kita sering main kesini?” aku tersenyum lemah, mengingat masa kecil kami. Ia mengangguk.
“Kamu ngga apa-apa kan?” raut wajahnya sama seperti biasa, raut wajah yang selalu mengkhawatirkanku “Rose?”
“Nara-“ kurasakan kedua mataku panas, pandanganku kabur, dan baru sadar bahwa aku sedang menangis saat kurasakan air mataku jatuh, membasahi pipiku. “Aku putus sama dia...”

Ia menyodorkan sapu tangan padaku, lalu diusapnya pipiku menggunakan sapu tangannya. “Aku tau...” jawabnya.
“Aku tau, papanya ngga pernah setuju sama hubungan kami. Tapi, dia ngga pernah sekalipun nyoba buat ngeyakinin papanya, ngga pernah sekalipun ngijinin aku buat ngambil hati papanya biar dia bisa nyetujuin hubungan kami.” Air mataku mengalir deras tak terkendali “Akhirnya... Akhirnya dia lebih miilih buat ninggalin aku. Padahal, kami sama sekali belum pernah nyoba buat ngeyakinin papanya, belum pernah sekalipun...” setelah ia membiarkanku menangis untuk beberapa saat, akhirnya ia mulai bicara...
“Rose... Aku senang kamu putus sama Nara.” Mataku terbelalak, nafasku tertahan untuk sesaat, kupandangi ia dengan tatapan tak percaya.

“Sam??” kusipitkan mataku, menuntut jawaban.
“Aku senang kamu putus ama dia. Tapi, aku ngga bisa liat kamu sedih, nangis.” Aku bingung, apa yang sedang ia bicarakan?’“Apa kamu inget? Dulu, waktu kita kecil, kamu sering banget nangis. Tapi kamu langsung diem kalo aku kasih es krim.” Ia tertawa kecil, lalu tersenyum dan memandangku lembut.
“Iya...” aku pun tersenyum, mengingat kembali memori tersebut dan mengabaikan kebingunganku “Aku juga inget, dulu aku pernah jatuh pas kita main kejar-kejaran. Lututku berdarah, trus nangis.” lalu Sam di masa kecil menghampiriku dengan ekspresi penuh kekhawatiran ‘Rose? Sakit ya? Jangan nangis...’ aku yang cengeng, bukannya diam malah menangis semakin keras. Lalu ia menawarkanku untuk naik ke punggungnya ‘Ayo, aku gendong kamu pulang.’ Dan ia benar-benar menggendongku ke rumah, namun berhenti di jalan untuk membelikanku es krim, dan aku menikmati es krimku sembari digendong olehnya, melupakan rasa sakit di lututku.
“Tapi kamu udah jarang nangis sejak masuk SMA. Sejak kamu kenal Nara, sejak kamu mulai jauh dari aku, sejak kita ngga pernah main berdua lagi.”

“Sam...”
“Aku ngga tau, aku harus seneng ngeliat kamu bahagia, atau harus sedih kita ngga bisa main bareng kaya dulu lagi.” Ia tersenyum sedih “yang aku tau, aku ngga suka liat kamu nangis. Aku rela ngapain aja, mbeliin kamu es krim sebanyak mungkin, atau apapun, asalkan kamu ngga nangis.”
“Kenapa?”

“Karena, kalo kamu sedih, aku juga sedih.” Ia menempelkan telapak tangan kanannya pada dada kirinya “Di sini, jadi sakit.” Lalu diraihnya kedua tanganku, dan ditatapnya mataku lekat-lekat “Aku ngga mau kamu sedih, Rosalie...” Ia tetap sama dengan Samuel yang dulu, Samuel yang aku kenal sejak kami berumur 6 tahun, Samuel yang selalu mengkhawatirkanku, menjagaku, dan mengatakan ‘jangan nangis, Rose...’ atau ‘aku beliin es krim, ya?’ untuk membuatku berhenti menangis. Lalu aku sadar, kalau selama ini aku melakukan kesalahan, kesalahan yang tak termaafkan. Karena aku telah mengabaikannya selama dua setengah tahun terakhir, walaupun aku tak berniat demikian. Aku hanya terlalu sibuk dengan cinta pertamaku, Nara. Dan lambat laun aku semakin jauh dari Sam, frekuensi pertemuan kami berkurang, dan akhirnya benar-benar tak saling bicara. Benar-benar mengabaikannya, seseorang yang selalu ada di sampingku, yang selalu mengkhawatirkanku, yang selalu menjagaku, seseorang yang ternyata sangat kubutuhkan. Seseorang yang ternyata punya tempat di hatiku, bahkan menempati posisi yang lebih penting dari Nara, pacar pertamaku.
“Bego...” tangisku semakin keras
“Eh???” kali ini dia benar-benar kebingungan. Kulepaskan kedua tanganku yang ia genggam untuk menutup wajahku dan menangis sejadi-jadinya

“Kamu bego, Sam!!!”
“Hah?” kedua alisnya tertaut
“Kenapa ngga bilang kalo kamu suka sama aku???” kutoyor kepalanya dengan tangan kananku, lalu aku tertawa, sambil menangis.
“Aku...” ia mengusap dahinya, kedua matanya memandangi tanah di bawah kami. Pipinya memerah.
“Hahahahaaa”
“Apa?” ia memandangiku lagi, pipinya masih merah.
“Ekspresimu sekarang persis cewek-cewek pemalu yang ada di komik waktu ketemu cowok yang disukai.” Kuseka air mataku, entah air mata kesedihan yang tadi, atau air mata akibat aku menertawainya.
“Aku suka kamu” kali ini pipinya sudah tidak lagi memerah, ia memandangku lekat-lekat lagi. Aku berhenti tertawa, lalu tersenyum, kupandangi kedua matanya, lalu aku menghambur ke pelukkannya, dan kembali menangis.
“Bego!!!”

“Lho?” meskipun bingung, namun ia balas memelukku, kemudian tersenyum, dan aku tau aku tidak perlu menjawab pernyataan suka darinya, aku tau ia akan selalu ada di sisiku (kali ini di pelukkanku), menjagaku seperti biasa, melindungiku, menghiburku agar tidak menangis..... “Kamu mau es krim?” kujawab pertanyaannya dengan senyuman, dan kugandeng tangannya, lalu kami berjalan pulang
(kami mampir ke toko es krim di perjalanan pulang).

Sekian teman-temen kisah cerpen sedih dan romantis tantang bagaimana mengatakan Say Love, nantikan tulisan yang selanjutnya :)

Cerpen Horor

Cerpen Horor - Hantu Tanpa kepala


Ceritanya berawal dari temen aku waktu aku dulu masih sma... kalo nggak salah sih waktu itu malam minggu yah (udah agak lupa aku)

Teman aku pas itu ada yang ultah. Namanya Maya. Jadi kami ada rencana malam harinya manggang ikan di rumah nya. Malam itu selesai kami belanja ikan di pasar, kami naik mobil ke rumah Maya. Sesampainya di rumahnya. Acara berlangsung hingga pukul 10.00 wib.

Selesai acara ultah Maya, kami langsung manggang-manggang ikan, sambil berfoto-foto bareng (lumayan buat narsis pp facebook, red.). Sebelumnya sih sejak pertama masuk halaman rumahnya Maya kayaknya perasaanku nggak enak. Soalnya halaman rumah Maya gelap banget, persis kaya di kuburan di malam hari. Rasanya aku kepengin pulang tapi karena aku nge-hargain mereka jadi aku terpaksa ikut mereka.

Jam udah nunjukin pukul setengah 12 malam, ikan yang kami panggang belum semuanya mateng, gara-gara temen-temenku asyik berfoto-foto ria. Akhirnya aku juga yang capek manggangin ikan sendirian,
jenuh juga dari tadi nungguin ikan bakar belum semuanya mateng.

Tapi aku sedikit tersenyum senang waktu ada temenya si Maya manggil aku untuk foto bareng dengaan senyum manisnya dia maksa aku tuk foto bareng dia. Padahal aku nolak foto bareng dia, malu aku he he he, lagian aku naksir juga ma dia, siapa sih yang nggak senang di ajak foto bareng, abis malu apalagi sama orang yang kita sukain?

Siap aku foto bareng cewek yang aku sukain, rupanya si maya minta gantian aku yang motret, seingat aku sih kayaknya mereka foto bertiga. Foto pertama sih gak ada apa2, biasa aja tapi waktu aku foto mereka ber tiga dari belakang, foto yang ini ada yang aneh. Soalnya di sebelah kanan maya ada sesorang laki2 make baju warna hitam tanpa kepala. Arahnya menghadap camera, kepalanya aku lihat foto persisnya di sebelah kiri di pas banget di atap kandang ayam. Langsung aku panggil temenku cowok dan ngasih tau tentang foto itu.

Alhasil kami berdua nggak bisa bicara seperti patung, di hati udah campur aduk antara pengen nangis sama ketakutan yang teramat sangat. Akhirnya salah satu dari temen ku yang aku foto melihat kami yang sedari tadi diem kaya orang bloon ngerasa aneh, seraya memanggil namaku dan temenku yang yang sedari tadi sama seperti aku. Kami berdua hanya bisa terdiam, tetapi ahirnya aku berusaha jalan dan ngasih tau sama mereka apa yang terjadi. Tiba-tiba cewek yang aku foto bertiga menjerit histeris melihat foto yang kuambil sambil ketakutan.

Pada waktu itu juga ayahnya maya yang sedari tadi di dalem rumah langsung keluar melihat keadaan kami yang semuanya ketakutan. Selesai salah satu dari temen kami ngasih tau sama ayahnya maya apa yang terjadi, tiba2 ibunya maya bilang "udah nggak usah di lanjutin nak". Sekarang kalian semua masuk ke rumah istirahatlah. Sampai pagi satu di antara kami nggak ada yang tidur, takut kalo hantu yang kami foto itu muncul secara tiba-tiba.

Keesokan harinya kami semua brencana mau cuci foto itu, tapi tukang cucinya gak mau nyuciin foto (nyetak foto, red.) itu, alasanya mereka takut bakal terjadi hal yang nggak di inginkan sama mereka. Semua tempat nyetak foto kami datangin tapi jawabannya sama. Mereka semua nggak ada yang mau nyuciin.

Yang terahir aku sempet bilang sama mendiang ayahku, kata ayahku foto itu mending di hapus aja, jangan di cuci, kalo kami cuci foto itu akan berakibat fatal bagi yang di foto. Nggak tau kenapa, tetapi pada akhirnya salah satu temen dari kami mengupload foto itu ke facebook, temanku yang namanya maya tadi meninggal 5 hari setelah foto itu di upload ke facebook. Akhirnya aku percaya saama kata-kata ayahku dulu dan kami sepakat untuk menghapus foto itu biar ngga terjadi buat temen kami yang lainya... sampai sekarang aku masih trauma kalau mengingat hal itu.

Kejadian ini terjadi di Brastagi Sumatera Utara awal tahun 2011 lalu. Semoga bermanfaat bagi kita semua, bahwa dilarang banget nyuci foto yang ada hal-hal gaibnya dan juga dilarang foto ganjil seperti foto bertiga atau berlima. Sekian dan terima kasih.

cerita horor ini dikirim oleh raffly budi santoso

Cerpen Persahabatan Terbaru

Sebuah Diary Hati  - Cerpen Persahabatan


“Tak Kan Pernah Ada” masih mengalun dari MP3-nya Andre. Mulutnya ikut komat-kamit mengikuti irama lagunya Geisha. Hmm, kelihatannya Andre begitu menjiwainya. Kenapa nih anak jadi termehak-mehek begini ya? Memang ada yang lain dalam diri Andre. Setelah setahun persahabatannya dengan Rere berjalan. Susah senang dilaluinya bersama. Rere memang sahabat yang baik dan manis. Mang begitu kok kenyataannya. Bukannya Andre berlebihan dalam menilainya. Sahabat yang di saat duka selalu menghibur dan di saat suka selalu hadir tuk berbagi tawa. Rere pernah bilang kalo semua saran Andre selalu diturutin dan begitupun sebaliknya. Pokoknya di mana ada Andre di situ ada Rere. Begitulah hampir setiap ada kesempatan mereka selalu pergi bersama-sama. Gak ada pikiran yang “aneh”. Gak ada perasaan apa-apa termasuk cinta!.
 
Tapi kenapa Rere sampai saat ini belum juga punya cowok ? Padahal kalo dipikir-pikir Rere gak sulit untuk mendapatkan cowok. Mang sih Rere adalah tipe cewek yang sulit jatuh cinta. Gak sembarangan Rere menilai seorang cowok. Ya memang, inilah yang membuat Andre takut. Takut perasaannya hanya akan menjadi permainan waktu semata. Waktu yang entah sampai kapan akan membuat Andre terombang-ambing oleh cinta. Apakah ini cinta? Ya, ini adalah cinta. It must have been love kata Roxette. Ah, Andre terus memendam perasaannya. Sampai-sampai suatu ketika Andre dikecam oleh perasaan cemburu. Perasaan yang dulu gak pernah ada kini muncul. Cemburu saat Rere menceritakan kalo ada cowok yang naksir padanya. Apakah cemburu pertanda cinta? Kata orang cemburu tidak mencerminkan rasa cinta tapi mencerminkan kegelisahan. Aduh, Andre makin ketar-ketir aja dibuatnya. Andre benar-benar gelisah. Lama-lama tersiksa juga batinnya. Ada keinginan yang harus diutarakan. Tentang masalah perasaan Andre yang gak karuan tentang Rere. Cuma gak ada keberanian. Andre takut kalo Rere membencinya. Ini gak boleh terjadi.
 
Kemudian akhirnya Andre berusaha untuk melupakannya tapi gak bisa, malah rasa sayang yang semakin membara. Apakah salah kalo Andre ingin menjalin hubungan yang lebih hangat bukan hanya sebagai seorang sahabat? Hmm, Andre harus berani. Harus berani ambil segala resikonya.
 
“Rere, aku mencintaimu” kata Andre akhirnya setelah sekian lama dipendamnya. “Aku akan serius ma kamu dan mau menyayangimu seutuhnya”.

 Ia pandangi wajah Rere. Gak ada amarah di wajahnya yang ada hanya tangis. Ups, Rere menangis. Andre makin bertanya-tanya. Baru kali ini Andre melihat Rere menangis.

 “Kenapa Re? Apa kata-kata ku nyakitin perasaan kamu?”
 
Rere menggeleng. Sambil masih terisak ia coba menjelaskan ke Andre. Andre siap mendengarkan jawaban Rere. Apapun itu meskipun kata “tidak” sekalipun. Dan benar juga, kata tidak yang terlontar dari mulutnya. Ya, Andre harus menerimanya. Sepeti kata Eric Segal dalam bukunya, “Cinta berarti kamu takkan sekali saja melafalkan kata sesal”. Rasanya dada terasa mau jebol, gerimis serasa hujan badai. Sepinya malam itu terasa lebih sunyi seolah hanya mereka berdua saja di alam ini. Tak ada suara hewan atau serangga yang meramaikan bumi.
 
“Maafin aku ya, Ndre?” tangan Rere menggenggam jemari Andre. Andre terdiam. “Kamu pasti kecewa ma jawabanku, ya? Tapi itu bukan berarti aku gak ada ‘rasa’ ma kamu. Aku hanya takut perasaan ini hanya ilusi aja”.
 
“Re, Jika cinta ini beban biarkan aku menghilang. Jika cinta ini kesalahan biarkan aku memohon maaf. Jika cinta ini hutang biarkan aku melunasinya. Tapi jika cinta ini suatu anugerah maka biarkanlah aku mencintai dan menyayangimu sampai nafas terakhirku” Andre tetap gak yakin akan perasaannya. Andre merasa Rere akan meninggalkannya selamanya. Kemudian dipeluknya Rere erat-erat. Dibelainya rambutnya dengan penuh kasih sayang.
 
“Aku gak mau kehilangan sahabat yang begitu baik” kata Rere masih dalam pelukan Andre. “Biarlah hubungan kita tetap terjalin bebas tanpa terbatas ruang dan waktu. Lagipula perjalanan cinta kita nantinya bakal abadi, atau malah putus di tengah jalan? Persahabatan bisa jadi awal percintaan tapi akhir dari suatu percintaan kadang malah menjadi permusuhan. Dan aku gak mau itu terjadi pada kita, Ndre”
 
Andre mulai merenungi kata-kata Rere. Dilepaskannya pelukannya kemudian dipandanginya wajah Rere dalam-dalam. Ternyata Andre masih bisa menikmati senyum manis Rere. Masih bisa merasakan sejuknya tatapan Rere. Ia gak mau kehilangan semuanya itu.
 
“Aku rela menjadi lilin walau sinarnya redup tapi gak habis dimakan api bisa memberi cahaya dan menerangi hatimu” kata Andre sambil menyeka air mata di pipi Rere.
 
“Iya, Ndre. Soalnya hati hanya dapat mencintai sekejap. Kaki cuma bisa melangkah jauh dan lelah. Busana tak selamanya indah dalam tubuh. Tapi memiliki sahabat sepertimu adalah keabadian yang tak mungkin kulupakan” begitu pinta Rere disambut senyum Andre. Mereka saling berpelukan lagi. Tanpa beban tanpa terbatas ruang dan waktu. Hmm… apa bisa Andre menyimpan rapat-rapat perasaannya berlama-lama ? Only time will tell…

*****

Cerpen Lucu Terbaru

Salah Nurunin Resleting


Tumini seorang wanita dewasa pegawai sebuah kantor swasta asing pagi itu mau berangkat kerja dan lagi menunggu bus kota di mulut gang rumahnya. Seperti biasa pakaian yang dikenakan cukup ketat, roknya semi-mini, sehingga bodinya yang seksi semakin kelihatan lekuk likunya.

Bus kota datang, tumini berusaha naik lewat pintu belakang, tapi kakinya kok tidak sampai di tangga bus. Menyadari keketatan roknya, tangan kiri menjulur ke belakang untuk menurunkan sedikit resleting roknya supaya agak longgar.

Tapi, ough, masih juga belum bisa naik. Ia mengulangi untuk menurunkan lagi resleting roknya. Belum bisa naik juga ke tangga bus. Untuk usaha yang ketiga kalinya, belum sampai dia menurunkan lagi resleting roknya, tiba-tiba ada tangan kuat mendorong pantatnya dari belakang sampai Marini terloncat dan masuk ke dalam bus.

Tumini melihat ke belakang ingin tahu siapa yang mendorongnya, ternyata ada pemuda gondrong yang cengar-cengir melihat Tumini.

“Hei, kurang ajar kau. Berani-beraninya nggak sopan pegang-pegang pantat orang!”

Si pemuda menjawab kalem, “Yang nggak sopan itu situ, Mbak. Masak belum kenal aja berani-beraninya nurunin resleting celana gue.”

Cerpen Cinta Terbaru

 Cerpen Cinta Romantis Terbaru


Judul: Janji Yang Membisu
Oleh: Ajeng Anggela Sari

Janji kebersamaan kita yang tak akan pernah pupus terlekang oleh waktu. Kini kau telah tenang disana sayang, menanti kehadiranku kembali untuk melanjutkan cerita kita dulu. Tuhan punya cara untuk mengindahkan kisah kita dulu. Janji yang pernah kita sematkan saat kebahagian sedang membasuh kita. Janji dariku Oky untukmu Seftya, dan untuk hubungan kita.

Dulu..
Dulu… Aku selalu berbahagia denganmu, menunggumu berjam-jam biasa bagiku, menunggu kehadiranmu kala kakimu menginjak gerbang sekolah selepas sekolah usai tak pernah membuatku jenuh. Tak pernah mulut ini rela untuk menegormu padahal begitu lamanya aku dibawah terik matahari yang usang hanya untuk menunggumu selepas sekolah.

Tak pernah sedikitpun kita bertengkar, berbicara angan kita untuk selalu bersama. Padahal 3 tahun sudah kita bersama, kau tetap selalu menjadi yang pertama. Cita-cita kita dulu saat kita masih mengenakan seragam putih abu adalah “Mendapatkan kebahagiaan yang layak untuk kita”.

Belajar bersama di sebuah Foodcourt selepas sekolah usai sambil bercengkrama, mengistirahatkan otak kita sambil bertukar pikiran ilmu yang kita temuakan di sekolah masing-masing itu hal yang selalu kita lakukan hampir setiap hari. Menyambangi rumahmu yang saat itu semakin jauh karena kepindahanku dari Komplek kita dulu tak menjadi penghalang bagiku untuk selalu menjadi ojek gratis tumpanganmu.

Omelan papah kala aku pulang malam karena habis mengajarimu soal matematika yang sungguh susahnya masuk dalam pikiranmu tak mampu hentikan kebiasaan kita. Apalagi saat celotehan mamahmu kala kita pulang terlambat saat hujan menyerbu dan menghentikan perjalanan kita untuk berteduh karena aku tak pernah ingin kau sakit. Betapa bodohnya aku kala kau sakit karena tetesan air hujan itu.

Meski mamahmu sering bilang “makanya bawa mobil” tak membuatku berhenti untuk belajar setir mobil, meski diam-diam dari papah. Aku memang telah ditinggal oleh sosok bidadari dalam diriku yaitu mamah, makanya aku selalu menghormati ribuan mamah didunia ini dan menganggap mamahmu adalah mamahku. Kau selalu bersedih kala mamahmu memarahimu, tapi aku selalu senang dan semakin sayang pada mamahmu karena bagiku ini perhatian yang diberikannya untukku.

Memang malang sekali nasibku hanya numpang mamah darimu, tapi itulah yang membuatmu senang menceritakan tentangku pada mamahmu. Aku ingat kala itu mamahmu senang mendengar bahwa aku sekolah sambil kerja, itu yang membuatnya menerima dan merestui hubungan kita. Kekokohan mamahmu dulu telah ku lunakan saat berita perjuanganku untuk melanjutkan hidup telah didengarnya.

Celotehan kebahagiaan pun menambah kebahagiaanku kala ku temukan ayahku kembali bersama wanita yang menjadi penggati mamahku katanya, tapi bagiku tak ada yang bisa menggantikan sosok mamah. Aku ingat, dan pasti selalu teringat saat kita sedang bermain di sebuah pantai yang jaraknya sangat jauh dari rumah dan pastinya jauh dari keluarga jauh dari kehangatan rumah yang selalu kau rindukan karena aku sangat paham kau sulit jauh dari rumah. Karena bagimu kehangatan hanya ada dirumah dan ada dalam diriku.

Kita pernah pergi kesana, ke sebuah pantai yang sangat biru, pemandangan yang berarti diselimuti ribuan pasir pantai putih,kita bersenang-senang disana. Meskipun malamnya aku harus menunggumu tertidur dikala semua mata harus terpejam apalagi kalau kau tak bisa tidur karena kangen rumah.

Kau pasti ingat, sore itu kala ujung pantai ingin menarik matahari yang berwarna oren keemasan, kita pernah berjanji, berjanji untuk selalu berbahagia. Janji kita saat itu adalah “Kita tak sehidup semati, karena Tuhan menciptakan kita untuk berbahagia. Jika salah satu diantara kita ada yang pergi, pergi mendahulukan keadaan, salah satu diantara kita tak boleh ada yang meneteskan air mata apalagi sampai meraung-raung untuk menghentikan keadaan.

Yang ditinggalkan haruslah melanjutakan kebahagiaan yang telah ditetapkan tuhan. Dengan mencari pengganti dari yang pergi” Janji itu kita sematkan diantara bergantinya masa diiringi kepergian matahari dari pelupuk mata. Kupikir itu hanya guyonan diantara candaan kita, sebenarnya itu hanya ledekan apakah sanggup dia kutinggalkan karena yang ku tahu dia salalu menolak untuk kutinggalkan. Sungguh itu ledekan dan candaan yang terindah untukku.

Kala itu, sebuah sore yang panjang bagiku betapa susahnya aku mengajarimu rumus-rumus soal matematika untuk nghadapi Ujian Akhir Nasional. Selepas pulang sekolah setelah refreshing sejenak hingga malam menyambangi kau baru mampu menyelesaikan soal UN tahun lalu. Bagaimana dengan tahun sekarang yang katanya akan lebih sulit katamu.

Aku tahu, kau tak pernah ingin menghadapi hari esok, katamu seandainya hari esok bisa diskip pasti kebehagiaanmu akan lengkap. Tapi tetap saja kau tak pernah bisa menghentikan hari esok atas perintah tuhan. Nampaknya kau mampu menyelesaikan hari esok dengan senyummu, dan benar kau tersenyum kala kau menginjakkan kakimu keluar dari gerbang sekolahmu dan katamu “kau membuat soal sulit sekali, tapi tadi soalnya mudah tau..” Dan hanya senyum jawabku, itulah caraku agar kau bisa mengerjakan soal yang sulit padahal soalnya tak sesulit itu.

Aku hanya tak ingin kau tak mampu mengerjakannya kala tak ada lagi aku disampingmu. Selepas UN berakhir, benar aku demam tinggi, mamah tiriku pun kelimpungan merawatku. Apalagi kamu malam-malam nekat menyambangi rumahku ditemani mamahmu karena kau tahu aku demam tinggi. Ku kira itu malam-malam terakhirku, ternyata mobil yang dikendarai papah melintasi jalanan yang senyap menyelamatkanku dan dokterpun membantuku untuk selamat. Saat aku kritis aku tahu, kau galau bukan main mamahmu pun yang terkadang galak dan terkesan membenciku luluh lagi karena melihat keadaanku yang lunglai tak berdaya.

Aku didiagnosa memiliki penyakit kritis, tapi kau menguatkanku. Hampir tiap menit kau buang butiran-butiran air mata hanya untuk menangisiku padahal aku tak apa-apa, hanya saja dalamnya ginjalku menahan ketakutan untuk tak bernyawa lagi dan meninggalkan senyummu. Ku kira saat itu aku yang akan meninggalkanmu, aku berpesan padamu untuk mengingat janji kita di bawah matahari yang terbenam sore itu. Kau menangis sejadi-jadinya kala ucapan itu terluncur dalam dekapku. Tapi Tuhan berbaik hati padaku, mungkin katanya pertemuanku dengan mamah dipending dulu yah karena kasihan melihat wajahmu yang begitu memelas padaku untuk selalu kuat.

Setelah hampir 2 minggu aku menyambangi rumah sakit yang telah bosan mendengar rintihanku, aku bisa pulang ke rumah dengan wajah yang sangat tak wajar. Itu 2 minggu yang sangat berat bagiku dan kamu, karena ga bisa seneng-seneng seperti biasa. Hari-hari berlalu dan kepulihanku pun mendiami tubuhku, meski harus dibantu obat untuk melanjutkan sisa hidupku tapi tak apalah demi kamu, demi senyuman itu. Detik-detik pengumuman UN pun masih sempat aku rasakan, apalagi kamu saat penasaran dengan hasil matematikamu dengan hasil berguru padaku. Memang sempat kau rasakannya tapi hanya sebentar, kau malah pergi bersama supir pribadi papahmu untuk membeli kado untukku, bodohnya kamu saat itu mendustakanku.

Kau tak ingin diantar olehku kala itu, meski biasanya aku memaksa karena khawatir kau kenapa-napa. Dan benar, kau ijin padaku untuk pergi bersama pak Deo, dia supir pribadi papahmu yang sedang istirahat selepas mengantar majikannya pulang kantor. Entah apa yang ada dipikiran Pak Deo untuk mengantarkan anak dari Tuannya ke hadapan tuhan. Dijalan, saat jalannan licin setelah hujan mengguyuri sepanjang jalan, membuat mobil yang dikendarai Pak Deo tergelincir, padahal jaket adidas yang telah kau beli dan sudah kau bungkus rapih dengan hiasan yang kau minta pada pelayan di sebuah distro olahraga telah kau siapkan untukku, tapi ternyata bukan kamu yang memberikannya padaku, tapi mamahmu.

Kau pergi dengan waktu yang panjang dan sangat lama, bahkan kau tak pernah kembali mungkin kau menungguku disana, diujung peraduan saat aku tak pernah bisa berhenti melupakanku. Disaat semua menangis, apalagi mamahmu meronta-ronta berharap waktu kembali dan berhenti, tapi aku tak pernah menangisi kepergianmu hingga kini dan sampai nanti, aku bahagia karena kau kembali padanya. Berarti sudah berhenti tanggung jawabku untuk menjagamu, ku yakin kau bisa menjaga dirimu disana.

Kutitipkan dirimu pada Tuhan karena ku yakin Tuhan akan selalu menjagamu dengan baik dan dengan kasih sayangnya. Sampai kau hembuskan nafas terakhirmu, dan kau pergi meninggalkanku disini aku akan selalu menyayangi dan mencintaimu. Jaket yang kau titipkan adalah jaket pemberian terakhirmu dan akan selalu ku jaga. Kini kau bahagia disisi tuhan, dan aku telah bahagia bersama seorang wanita bernama Jelita, dia adalah kekasihku sekarang, maafkan aku bukan maksud hati ingi mengkhianatimu, tapi karena mamahmu yang memintaku untuk menjaga keponakannya itu dan dia sepupumu.

Berat sebenarnya kala mamahmu memintaku menjaganya, tapi aku tak berdaya karena ku tahu dia tak berkawan dan tak ada yang menjaganya makanya, kini aku beralih untuk menjaganya. Kau tahu, betapa sempurnanya nilai matematikamu saat UN, pasti kau akan bahagia kala kau dengar pengumuman UN kala itu, kau mendapatkan nilai yang hampir sempurna 98, bahkan aku kalah darimu yang hanya bisa mendapatkan nilai 95 saat itu. Dan hasil Ujianmu lah yang terbaik di Sekolahmu, meski tak bertuah tapi nilai itu hanya kau yang memiliki dan tak akan ada yang dapat menggantikannya. ku harap kita akan bersama dikala waktu yang menyatukan kita kembali beradu. Tunggu aku sayang di Surga, aku pasti akan menyambangimu nanti, kala Tuhan memintaku untuk kembali. Bahagialah kau disana dan jangan pernah kau menangis kala rindu menguras habis dirimu dan aku tak bisa menghapus tangis itu lagi.

Sumber: ajenganggellasari.blogspot.com